Salah satu senapati Kurawa yang matinya
setelah perang Baratayuda selesai
(di Lakon Aswatama nglandak)
Umumnya dibuat tidak menggunakan "topong"
Umumnya dibuat tidak menggunakan "topong"
(tutup kepala senapati, seperti Karna), namun hanya
berjamang dua susun, garuda mungkur. Ciri lainnya: praba,
berpontoh dan berkeroncong, berkain kerajaan lengkap,
dan bercelana cinde.
dan bercelana cinde.
Karya Mas Hernot ini dibuat dengan ber-t0pong.
bahwa Kartamarma adalah salah satu dari Kurawa,
adik Dursasana,
namun sumber lain (yang jarang dirujuk) menyebutkan
bahwa Kartamarma sebenarnya merupakan salah satu
raja taklukan Astina/Kurawa,
adik Dursasana,
namun sumber lain (yang jarang dirujuk) menyebutkan
bahwa Kartamarma sebenarnya merupakan salah satu
raja taklukan Astina/Kurawa,
sebuah negara yang tidak begitu besar
yang bernama Tirtatinalang
gagrak Surakarta karya Mas Hernot,
Sondakan, Laweyan, Solo
Ciptaning (Begawan Mintaraga)
Dalam lakon Arjuna Wiwaha oleh Ki Nartosabdo,
Ciptaning (Begawan Mintaraga)
Dalam lakon Arjuna Wiwaha oleh Ki Nartosabdo,
Arjuna yang telah bertapa enam tahun
rambutnya di-'ore' (dibiarkan lepas)
hingga ke bawah pinggang.
Ciptaning (Ciptoning, Mintaraga) ada
beberapa versi, tergantung kreasi pembuat wayang.
Bagian bawah ada yang dihiasi suluran, ada yang
hanya dihiasi uncal emas seperti kreasi Mas Hernot ini.
Uncal semacam ini lebih banyak ditemukan
dalam wayang gagrak Cirebonan.
karya mas Hernot, Sondakan, Laweyan, Solo.
Ada juga versi yang "memakai sepatu",
tanda bahwa ia "puthut" yang "bukan orang biasa"
karena ibunya seorang Bidadari.
Putera Maharsi Druna dari perkawinan dengan
Dewi Wilutama.
Bersama dengan Kartamarma dan Rsi Krepa,
ia merupakan salah satu senapati Kurawa
yang masih hidup setelah Baratayuda usai.
Ia mati oleh Pasopati yang ditendang
oleh Parikesit yang masih bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar