Ki.H.Anom suroto

Ki.H.Anom suroto
dalang kesukaanku

Sabtu, 30 Januari 2010

Babad Alas WanamartaMay 16, '07 7:36 PM
for everyone
Inti kisah dalam cerita ini adalah sejarah berdirinya negara Amartha yang merupakan negaranya para pandhawa lima. Lokasi berdirinya negara Amartha ini adalah sebuah hutan belantara yang terkenal angker, yaitu hutan Wanamarta. Disinilah diceritakan bagaimana perjuangan para Pandhawa dalam babad alas yang penuh keprihatinan, perjuangan dan persaudaraan. Selain tema universal cerita pewayangan bahwa "Yang benar pasti akan menang", pesan yang bisa diambil dari cerita ini adalah "Untuk mencapai kemuliaan pasti dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan" yang tercermin dari perjuangan dan pengorbanan para pandhawa lima dalam babad hutan dan mendirikan negara Amartha.

kisah:
Terdorong rasa iba terhadap anak-anak Pandawa yang masih tergolong cucunya sendiri, Prabu Matswapati, Raja Negara Wirata menyerahkan Hutan Mertani ( Alas Wanamarta ) kepada Pandawa. Atas petunjuk Prabu Kresna, Raja Negara Dwarawati, Hutan Mertani akan dibangun menjadi sebuah negara. Hutan Mertani sesungguhnya merupakan kerajaan siluman yang sangat besar, terdiri dari satu pusat pemerintahan dan empat negara bagian, diperintah lima bersaudara raja jin. Mereka adalah Yudhistira memerintah pusat pemerintahan, Negara Mertani dan keempat adiknya yang menguasai empat negara bagian, yaitu Arya Dandunwacana menguasai Negara Jodipati, Arya Dananjaya menguasai Negara Madukara, Detya Sapujagad menguasai Negara Sawojajar, dan Detya Sapulebu menguasai Negara Bawenatalun.

Perjuangan Bima membuka Hutan Mertani mendapat tantangan prajurit jin dibawah pimpinan Arya Dandunwacana yang dibantu Detya Sapujagad, Detya Sapulebu, dan Detya Sapuangin, Senapati Perang Negara Mertani. Pada mulanya Bima yang dibantu Nakula dan Sadewa dapat mengalahkan lawan – lawannya. Tetapi ketika melawan Arya Dananjaya, Bima, Nakula, dan Sadewa dapat dijerat dengan ‘ Jala Sutra Emas ‘. Mereka diringkus dan dipenjarakan di Negara Mertani.

Berkat khasiat ‘ Minyak Jayengkaton ‘ pemberian Bagawan Wilawuk kepada Arjuna, yang apabila dioleskan pada kelopak mata akan dapat melihat alam gaib / makhluk dan kerajaan siluman, maka Arjuna berhasil membebaskan Bima, Nakula, dan Sadewa. Dengan khasiat Minyak Jayengkaton pula mereka dapat membuka tabir rahasia Hutan Mertani yang merupakan kerajaan siluman. Melalui peperangan yang seru, akhirnya semua raja jin dapat dikalahkan oleh Pandawa. Arya Dandunwacana dapat dikalahkan Bima, kemudian menyatu dalam tubuh Bima setelah menyerahkan Negara Jodipati. Arya Dananjaya dikalahkan Arjuna dan menyerahkan Negara Madukara .

Demikian pula Detya Sapuangin, dapat dikalahkan Arjuna dan menjelma menjadi ajian Arjuna. Sehingga Arjuna dapat berlari secepat angin. Detya Sapujagad dan Detya Sapulebu dapat dikalahkan dan manunggal dalam tubuh Nakula dan Sadewa setelah menyerahkan Negara Sawojajar dan Bawenatalun. Prabu Yudhistira sendiri manunggal dalam tubuh Puntadewa, sehingga Puntadewa juga bernama Yudhistira. Sejak itu Negara Siluman Mertani berubah menjadi negara yang dapat dilihat dengan pandangan mata biasa, menjadi sebuah negara yang besar dan megah dan diganti namanya menjadi Negara Amarta.



Bima berkelahi dengan para hewan.jpg
1 Comment

Bima terluka terkena panah Jalasutra.jpg

Dalang in action.jpg
1 Comment

Dewi Kunthi, ibunda para pandhawa.jpg

Dialog lurah Semar dan warganya.jpg

Dialog Punakawan dan dewi kunthi.jpg

Jin Baik berusaha menyembuhkan Bima.jpg

Jin jahat dengan senjata panah Jalasutra.jpg

Kayon.jpg

Kearifan modal menjinakkan hewan.jpg

Nasehat Puntadewa kepada Bima.jpg

Para jin jahat.jpg

Para Punakawan.jpg

Para warga dunia pewayangan.jpg

Pesta pora jin jahat.jpg

Puntadewa berusaha menjinakkan hewan.jpg

Sang Raksasa.jpg

Sang Raksasa2.jpg

Semar sang dewa yang mengejawantah.jpg

Prev: Pagelaran Wayang Kulit Jawa
Next: Pagelaran Wayang Kulit Bali


Punokawan "The Clown"May 11, '07 1:45 AM
for everyone
Punakawan adalah karakter yang khas dalam wayang Indonesia. Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur, kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Dalam wayang Jawa karakter punakawan terdiri atas Semar, Gareng, Bagong, dan Petruk. Dalam wayang Bali karakter punakawan terdiri atas Malen dan Merdah (abdi dari Pandawa) dan Delem dan Sangut (abdi dari Kurawa)

Semar adalah pengasuh dari Pendawa. Alkisah, ia juga bernama Hyang Ismaya. Mekipun ia berwujud manusia jelek, ia memiliki kesaktian yang sangat tinggi bahkan melebihi para dewa.

Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang- kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan. Ia pernah menjadi raja di Paranggumiwang dan bernama Pandubergola. Ia diangkat sebagi raja atas nama Dewi Sumbadra. Ia sangat sakti dan hanya bisa dikalahkan oleh Petruk.

Bagong berarti bayangan Semar. Alkisah ketika diturunkan ke dunia, Dewa bersabda pada Semar bahwa bayangannyalah yang akan menjadi temannya. Seketika itu juga bayangannya berubah wujud menjadi Bagong. Bagong itu memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Ia juga sangat lucu.

Petruk anak Semar yang bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, panda berbicara, dan juga sangat lucu. Ia suka menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya. Petruk pernah menjadi raja di negeri Ngrancang Kencana dan bernama Helgeduelbek. Dikisahkan ia melarikan ajimat Kalimasada. Tak ada yang dapat mengalahkannya selain Gareng.


bagong.jpg

bagong1.jpg

bagong2.jpg

bagong3.jpg

bagong4.jpg

bagong5.jpg

bagong6.jpg

bagong7.jpg

bagong8.jpg

bagong9.jpg

gareng.JPG

gareng1.jpg

gareng2.jpg

gareng3.jpg

gareng4.jpg

gareng5.jpg

gareng6.jpg

gareng7.jpg

gareng8.jpg

petruk.JPG

petruk1.jpg

petruk10.jpg

petruk2.jpg

petruk3.jpg

petruk4.jpg

petruk5.jpg

petruk6.jpg

petruk7.jpg

petruk8.jpg

petruk9.jpg

semar.JPG

semar1.jpg

semar2.jpg

semar3.jpg

semar4.jpg

semar5.jpg

semar6.jpg

semar7.jpg
2 Comments

semar8.jpg

semar9.jpg

semar9a.jpg

bagong.jpg

Bagong-Banyumas.gif

Bagong-Jatim.jpg

bagong-jatim2.jpg

bagong-kyai-inten.jpg

Bagong-Orang.jpg

Bagong-Ratu.jpg

bagong-ratu-solo3.jpg

bagong-solo.jpg

Bagong-Solo-1.gif

Bagong-Solo-2.gif

bagong-solo2-.jpg

Bagong-Sukasman.jpg

bagong-wanita-solo.jpg

bagong-yogya.jpg

bilung-ky.jpg

bilung-solo.jpg

bilung-sukasman-sh-.jpg

Gareng-Cirebon.jpg

Gareng-Golek-Sunda.jpg

Gareng-Raja.jpg

Gareng-Solo.jpg

Gareng-wanita.jpg

limbuk2.JPG

limbuk-petruk-sukasman.jpg
panakawan-sukasman.jpg
panakawan-yogya.jpg

Pelayan20Limbuk.jpg

Petruk1.jpg

petruk-kompeni-yogya.jpg

petruk-pandita-yogya.jpg

purwa5f.jpg

semar.jpg

Semar12.jpg

semar-cirebon2.jpg

semar-jatim.jpg

semar-kyai-inten.jpg

semar-ratu-solo.jpg

semar-respati-solo.jpg

semar-wanita-solo.jpg

togog-kyai-inten.jpg

togog-yogya.jpg

togog-yogya2.jpg

wk25.jpg

wy44b.jpg

Prev: Kayon (Gunungan)
Next: Dalang "The Puppeter"

Punokawan.dkkMay 12, '07 1:24 PM
for everyone
Dalam perkembangan selanjutnya, hadirnya Semar sebagai pamomong keturunan Saptaarga tidak sendirian. Ia ditemani oleh tiga anaknya, yaitu; Gareng, Petruk, Bagong. Ke empat abdi tersebut dinamakan Panakawan. Dapat disaksikan, hampir pada setiap pegelaran wayang kulit purwa, akan muncul seorang ksatria keturunan Saptaarga diikuti oleh Semar, Gareng, Petruk, Bagong. Cerita apa pun yang dipagelarkan, ke lima tokoh ini menduduki posisi penting. Kisah Mereka diawali mulai dari sebuah pertapaan Saptaarga atau pertapaan lainnya. Setelah mendapat berbagai macam ilmu dan nasihat-nasihat dari Sang Begawan, mereka turun gunung untuk mengamalkan ilmu yang telah diperoleh, dengan melakukan tapa ngrame. (menolong tanpa pamrih).

Dikisahkan, perjalanan sang Ksatria dan ke empat abdinya memasuki hutan. Ini menggambarkan bahwa sang ksatria mulai memasuki medan kehidupan yang belum pernah dikenal, gelap, penuh semak belukar, banyak binatang buas, makhluk jahat yang siap menghadangnya, bahkan jika lengah dapat mengacam jiwanya. Namun pada akhirnya Ksatria, Semar, Gareng, Petruk, Bagong berhasil memetik kemenangan dengan mengalahkan kawanan Raksasa, sehingga berhasil keluar hutan dengan selamat. Di luar hutan, rintangan masih menghadang, bahaya senantiasa mengancam. Berkat Semar dan anak-anaknya, sang Ksatria dapat menyingkirkan segala penghalang dan berhasil menyelesaikan tugas hidupnya dengan selamat.

Mengapa peranan Semar dan anak-anaknya sangat menentukan keberhasilan suatu kehidupan? Sudah dipaparkan pada dua tulisan sebelumnya, bahwa Semar merupakan gambaran penyelenggaraan Illahi yang ikut berproses dalam kehidupan manusia. Untuk lebih memperjelas peranan Semar, maka tokoh Semar dilengkapi dengan tiga tokoh lainnya. Ke empat panakawan tersebut merupakan simbol dari cipta, rasa, karsa dan karya. Semar mempunyai ciri menonjol yaitu kuncung putih. Kuncung putih di kepala sebagai simbol dari pikiran, gagasan yang jernih atau cipta. Gareng mempunyai ciri yang menonjol yaitu bermata kero, bertangan cekot dan berkaki pincang. Ke tiga cacat fisik tersebut menyimbolkan rasa. Mata kero, adalah rasa kewaspadaan, tangan cekot adalah rasa ketelitian dan kaki pincang adalah rasa kehati-hatian. Petruk adalah simbol dari kehendak, keinginan, karsa yang digambarkan dalam kedua tangannya. Jika digerakkan, kedua tangan tersebut bagaikan kedua orang yang bekerjasama dengan baik. Tangan depan menunjuk, memilih apa yang dikehendaki, tangan belakang menggenggam erat-erat apa yang telah dipilih. Sedangkan karya disimbolkan Bagong dengan dua tangan yang kelima jarinya terbuka lebar, artinya selalu bersedia bekerja keras. Cipta, rasa, karsa dan karya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Cipta, rasa, karsa dan karya berada dalam satu wilayah yang bernama pribadi atau jati diri manusia, disimbolkan tokoh Ksatria. Gambaran manusia ideal adalah merupakan gambaran pribadi manusia yang utuh, dimana cipta, rasa, karsa dan karya dapat menempati fungsinya masing-masing dengan harmonis, untuk kemudian berjalan seiring menuju cita-cita yang luhur. Dengan demikian menjadi jelas bahwa antara Ksatria dan panakawan mempunyai hubungan signifikan. Tokoh ksatria akan berhasil dalam hidupnya dan mencapai cita-cita ideal jika didasari sebuah pikiran jernih (cipta), hati tulus (rasa), kehendak, tekad bulat (karsa) dan mau bekerja keras (karya).

Simbolisasi ksatria dan empat abdinya, serupa dengan 'ngelmu' sedulur papat lima pancer. Sedulur papat adalah panakawan, lima pancer adalah ksatriya. Posisi pancer berada ditengah, diapit oleh dua saudara tua (kakang mbarep, kakang kawah) dan dua saudara muda (adi ari-ari dan adi wuragil). Ngelmu sedulur papat lima pancer lahir dari konsep penyadaran akan awal mula manusia diciptakan dan tujuan akhir hidup manusia (sangkan paraning dumadi). Awal mula manusia diciptakan di awali dari saat-saat menjelang kelahiran. Sebelum sang bayi (bayi, dalam konteks ini adalah pancer) lahir dari rahim ibu, yang muncul pertama kali adalah rasa cemas si ibu. Rasa cemas itu dinamakan Kakang mbarep. Kemudian pada saat menjelang bayi itu lahir, keluarlah cairan bening atau banyu kawah sebagai pelicin, untuk melindungi si bayi, agar proses kelahiran lancar dan kulit bayi yang lembut tidak lecet atau terluka. Banyu kawah itu disebut Kakang kawah. Setelah bayi lahir akan disusul dengan keluarnya ari-ari dan darah. Ari-ari disebut Adi ari-ari dan darah disebut Adi wuragil.

Ngelmu sedulur papat lima pancer memberi tekanan bahwa, manusia dilahirkan ke dunia ini tidak sendirian. Ada empat saudara yang mendampingi. Pancer adalah suksma sejati dan sedulur papat adalah raga sejati. Bersatunya suksma sejati dan raga sejati melahirkan sebuah kehidupan.

Hubungan antara pancer dan sedulur papat dalam kehidupan, digambarkan dengan seorang sais mengendalikan sebuah kereta, ditarik oleh empat ekor kuda, yang berwarna merah, hitam, kuning dan putih. Sais kereta melambangkan kebebasan untuk memutuskan dan berbuat sesuatu. Kuda merah melambangkan energi, semangat, kuda hitam melambangkan kebutuhan biologis, kuda kuning melambangkan kebutuhan rohani dan kuda putih melambangkan keheningan, kesucian. Sebagai sais, tentunya tidak mudah mengendalikan empat kuda yang saling berbeda sifat dan kebutuhannya. Jika sang sais mampu mengendalikan dan bekerjasama dengan ke empat ekor kudanya dengan baik dan seimbang, maka kereta akan berjalan lancar sampai ke tujuan akhir. Sang Sangkan Paraning Dumadi.

(herjaka)
sumber: http://www.tembi.org/wayang/punokawan.htm
info lanjut: http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Punakawan


Bagong1.jpg

Bagong2.JPG

Bilung.jpg

Cakil.jpg

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Gareng.jpg

Image00001.jpg

Image00003.jpg
Image00004.jpg

Image00005.jpg

Image00006.jpg

Image00007.jpg

Image00008.jpg

Image00009.jpg

Image00010.jpg

Image00011.jpg

Image00012.jpg

Image00013.jpg

Image00015.jpg

Image00016.jpg

Image00017.jpg

Minolta DSC

Petruk1.jpg

Petruk2.JPG

Petruk kompeni.JPG

Semar.JPG

Punakawan.jpg

Ceblok (cirebon).jpg

Cungkring (cirebon).jpg

Dawala (cirebon).jpg

Petruk.jpg

Sekarpandan alias Curis (Cirebonan).jpg

Bagalbuntung, wayang kulit gaya Cirebonan.jpg

bagong.jpg

bagong - wayang klithik.jpg

gareng wandu.jpg

gareng - wayang klithik.jpg

petruk wandu.jpg

petruk - wayang klithik.jpg

prabu durtawarna bel geduwel beh.jpg

prabu pandupragola.jpg

prabu panjak pathokol.jpg

prabu saronsari.jpg

semar wandu.jpg

semar - wayang klithik.jpg

reply slideshow prints & gifts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar